I. Tujuan
-Mengetahui Cara Pembuatan Tawas
-Mengidentifikasi Tawas Yang Dihasilkan
II. Dasar Teori
Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dan timbunan sampah di TPA, proses daur ulang juga dapat menambah nilai
ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari logam-logam seperti
aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng bekas
mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi, mengingat aluminium
mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat sehingga memungkinkan
untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga
memberi peluang untuk diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau
bahan dalam deodorant. Daya koagulasi tawas yang di dapat akan di bandingkan
dengan tawas dari pasaran dengan metode turbidimetri. Mengingat banyaknya
minuman ringan yang diproduksi dan menggunakan kemasan kaleng serta dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan, maka diperlukan penelitian terhadap kandungan
aluminium dari beberapa jenis kaleng minuman ringan. Kaleng bekas minuman
ringan yang mengandung aluminium selanjutnya diolah menjadi bahan koagulan
penjernih air (tawas). Tawas adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa
kristal dan bersifat isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama KAl(SO4)2.12
H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air
maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang
baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang
dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan
mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium
tersebut bersifat asam. Alum kalium memiliki titik leleh 900oC. Kalium aluminium sulfat dodekahidrat (tawas
kalium) dengan rumus KAl(SO4)2.12H2O digunakan dalam pemurnian air, pengolahan
limbah, dan bahan pemadam api.Tawas kalium dibuat dari logam aluminium
dan kalium hidroksida. Logam
aluminium bereaksi secara cepat dengan KOH panas menghasilkan larutan garam kalium aluminat.
Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan
dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium
hidroksida) akan larut membentuk aluminat.
2Al (s) + 2KOH (aq)
+ 2H2O (l) 2KAlO2
(aq) + 3H2 (g)
Larutan
aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan berwarna
putih dari aluminium hidroksida Al(OH)3.
2KAlO2 (aq) +2H2O
(l) + H2SO4(aq) K2SO4(aq)
+ Al(OH)3 (s)
Dengan
penambahan asam sulfat endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat
berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+,
dan SO42-, jika didiamkan akan terbentuk kristal dari
tawas kalium aluminium sulfat. Secara singkat reaksi yang terjadi dapat
dituliskan sebagai berikut
H2SO4(aq) +
K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) 2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
24 H2O + 2Kal(SO4)2
(aq) 2Kal(SO4)2.12H2O(s)
Alum kalium sangat larut dalam air
panas, sehingga ketika setelah penambahan H2SO4 yang membentuk endapan
dan kemudian dipanaskan, pemanasan sebaiknya
dilakukan pada suhu 60-80oC untuk
menguapkan airnya dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC
karena tawas akan larut dalam air mendidih. Ketika kristalin alum kalium dipanaskanterjadi pemisahan secara kimia, dan
sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air. Pada proses penguapan selama 10 menit
dan didinginkan akan terbentuk Kristal dari KAl(SO4)2.12
H2O.
Reaksi keseluruhan
2Al (s) + 2KOH (aq)+ 10H2O
(l) +H2SO4(aq) 2KAl(SO4)2.12H2O(s) + 3H2(g)
Tawas dapat digunakan sebagai pengering
sekaligus membersihkan sumur, juga sebagai bahan kosmetik, zat warna tertentu,
bubuk kue, dan zat penyamak kulit. Penggunaan tawas yang berlebihan akan
menimbulkan gangguan kesehatan karena tubuh mengalami kelebihan
Aluminium (Al). Penggunaan dosis tawas yang
berlebihan dalam air dapat pula menurunkan pH cukup besar sehingga air yang
diolah menjadi asam. Air dengan pH rendah ini tidak baik bagi kesehatan. Air
minum yang terlalu asam akan mengganggu keseimbangan asam basa cairan tubuh.
Dosis tawas yang digunakan untuk menjernihkan air sebanyak 200 liter adalah 12
gram tawas (kurang lebih 0,5 sendok makan). Tawas yang digunakan pada bahan
pangan pada umumnya dianggap aman oleh Food and Drug Administration bila
digunakan menurut prosedur yang disarankan sebagaimana dalam praktek komersial
yang baik.
III. METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Alat:
·
Erlenmeyer
·
Gelas Ukur 50 ml
·
Gelas Beaker
·
Corong
·
Kertas Corong
·
Gunting
·
Pipet
Bahan:
·
Aluminium Foil 6
gram
·
KOH 3 M sebanyak
100 ml
·
Etanol
·
H2SO4
Prosedur Kerja
•Ditimbang
KOH padat sebanyak 28,870 gram
•Dilarutkan
KOH padat yang sudah ditimbang dengan aquadest menggunakan labu ukur 250 ml
sampai tanda tera
•Larutan
KOH kemudian dibagi dua dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan jumlah yang
sama besar
•Kemudian
ditimbang aluminium yang sudah dipotong-potong sebanyak 6 gram, lalu masukkan
aluminium ke dalam erlenmeyer yang sudah
berisi larutan KOH tadi. Masing-masing erlenmeyer dimasukkan 3 gram aluminium
•Setelah
aluminium larut dalam KOH kemudian didiamkan selama 10-15 menit
•Disaring
dan filtrratnya ditamoung pada erlenmeyer
•H2SO4
sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam filtrat sambil diaduk
•Campuran
dipanaskan selama 10 menit dengan suhu 60-80o C
Didinginkan
dengan direndam dengan aquades dan didiamkan sampai terbentuk kristal
•kristal
disaring dengan menggunakan kertas saring dan dicuci dengan etanol
•Dinginkan,
dan kemudian ditimbang berat kristal yang terbentuk
IV. Data Pengamatan
·
KOH padat yang
digunakan = 28,870 gram
·
Aquadest untuk
melarutkan KOH = 250 ml
·
Aluminium yang
digunakan = 6 gram
·
Tawas yang
dihasilkan =
13 gram
·
Larutan H2SO4
yang digunakan = 50 ml
V. Pembahasan
Percobaan pembuatan tawas ini dilakukan dengan
menggunakan limbah aluminium yang digunakan untuk membuat gas hidrogen. Tawas kalium
dibuat dengan cara mereaksikan logam aluminium dengan larutan kalium
hidroksida. Logam aluminium tidak dapat bereaksi dengan larutan kaliu
hidroksida, sehingga diperlukan pemanasan supaya keduanya dapat bereaksi.
Reaksi ini menghasilkan larutan tidak berwarna yang berupa senyawa garam kalium
aluminat dan mengeluarkan gelembung serta gas berwarna putih yang diidentifikasi
sebagai gas hidrogen, sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
2Al(s)
+ 2KOH(aq) + 6H2O(l)
2K+(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g)
Setelah proses pelarutan selesai, dilakukan
proses penyaringan, proses penyaringan ini bertujuan untuk menyaring ion-ion
pengganggu, dan yang tersisa hanya tinggal filtratnya. filtrat ini kemudian
diambil, dan ditetesi dengan asam sulfat 50%. Akan menghasilkan endapan putih.
Endapan tersebut merupakan aluminium hidroksida. Ion tetrahidroksoaluminat yang
dihasilkan pada reaksi pertama akan bereaksi denan ion hidrogen dari asam
sulfat, sehingga dihasilkan endapan aluminium hidroksida yang berwarna putih,
dengan persamaan reaksi seperti di bawah ini:
2KAl(OH)4(aq)
+ H2SO4(l) → 2Al(OH)3(s) + K2SO4
(aq) + 2H2O(l).
Namun yang
perlu diperhatikan adalah penambahan asam sulfat pekat ini tidak boleh melebihi
dari 3 mL karena endapan aluminium hidroksida akan melarut kembali pada
kelebihan asam (Vogel, 2005:267). Penambahan asam sulfat secara perlahan juga
bertujuan agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes
sekali, sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak terlalu basa,
sehingga penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH
1-2, karena pada pH 1-2 terjadi pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat
kation K+ dan Al3+. Reaksi antar zat yang dihasilkan dari
reaksi antar Al dan KOH dengan asam sulfat menghasilkan endapan yang berwarna
putih.
2KAlO2
(aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) ————->
K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)
Warna putih
yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3. senyawa Al(OH)3 yang
bersifat basa dicampurkan dengan asam sulfat hingga pHnya 1-2. Hal tersebut
bertujuan untuk membentuk kation-kation (K+ dan Al3+)
yang merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas.
H2SO4(aq)
+ K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) ————–>
2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
Larutan pH
1-2 tersebut dipanaskan dengan suhu 60-80oC. Setelah dipanaskan dan kemudian
didinginkan terbentuklah kristal-kristal tawas. Pada percobaan ini pada saat
dipanaskan suhunya dikendalikan
Kristal-kristal tawas yang telah didinginkan.
Pada saat pendinginan ini, larutan dibiarkan diudara terbuka hingga dingin,
pada saat ini endapan yang terbentuk adalah Kal(SO4)2.12H2O.
Setelah dingin, dilakukan penyaringan dan dibilas dengan air dan alcohol. Kristal alum yang
diperoleh dicuci dengan etanol yang bertujuan untuk menyerap kelebihan air dan
mempercepat pengeringan.
Tawas
yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri berbentuk bongkahan dan tidak berwarna
(bening). Namun hasil tawas yang kami dapatkan pada percobaan tidak
berkarakteristik seperti yang telah disebutkan. Berdasarkan percobaan, tawas
yang terbentuk berbentuk serbuk menggumpal yang berwarna putih.
Pengeringan
tawas berlangsung sangat lama, jadi tawas baru ditimbang setelah 4 hari
dilakukan percobaan. Setelah dilakukan penimbangan didapatkan berat dari tawas
KOH yaitu kurang lebih 13 gram.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
dengan konsentrasi KOH yang besar dan banyaknya aluminium dapat mengahasilkan
jumlah tawas yang banyak. Tawas yang kami hasilkan sudah diuji dengan
menggunakan air kran, aquades, air tanah, dan larutan FeCl3 0,1 M.
Dan hasilnya telah diketahui bahwa tawas tersebut dapat mengenapkan kotoran
yang terdapat pada air kran, aquadest, dan air tanah. Pada air tanah tawas yang
kami hasilkan hanya dapat mengendapkan kotorannya saja, tetapi tidak dapat
menjernihkan air tanah. Kemudian pada larutan FeCl3, ketika tawas
dicampur dan kemudian dikocok dengan larutan tersebut maka larutan yang semula
berwarna oranye berubah menjadi warna kuning muda. Hal ini menunjukkan bahwa
tawas yang kami buat dapat digunakan untuk mengendapkan kotoran pada air.
VI. KESIMPULAN
Tawas merupakan bahan yang biasanya digunakan
untuk pengolahan air dan limbah. Tawas dapat dibuat dari limbah aluminium yang
direaksikan dengan KOH. Tawas yang kami hasilkan yaitu kurang lebih 13
gram.
VII. DAFTAR PUSTAKA
·
Ekatama,
Apriyanti dkk. 2013. Pembuatan Kalium Aluminium Sulfat. Prodi D-III
Analisis Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung. Bandung
·
Muliawati, Neni.
2008. Hidrogen Sebagai Bahan Bakar Masa Depan. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar