I. Tujuan
Mengetahui Bagaimana Menyimpan Gas Hidrogen Sebagai Energi
II. Dasar Teori
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium,
dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur
kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan
tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam,
bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar.
Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.
Fuel cell adalah alat konversi energi
elektrokimia yang akan mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air, secara
bersamaan menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. fuel
cell merupakan suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang dapat
diisi bahan bakar untuk mendapatkan energinya kembali, dalam hal ini yang
menjadi bahan bakar adalah oksigen dan hidrogen.
Hidrogen bukanlah sumber energi (energy
source) melainkan pembawa energi (energy carrier), artinya hidrogen
tidak tersedia bebas di alam atau dapat ditambang layaknya sumber energi fosil.
Hidrogen harus diproduksi. Produksi hidrogen dari H2O merupakan cara utama
untuk mendapatkan hidrogen dalam skala besar, tingkat kemurnian yang tinggi dan
tidak melepaskan CO2. Kendala utama metode elektrolisis H2O konvensional saat ini
adalah efisiensi total yang rendah (~30%), umur operasional electrolyzer yang
pendek dan jenis material yang ada di pasaran masih sangat mahal.
Kendala-kendala tersebut membuat hidrogen belum cukup ekonomis untuk dapat
bersaing dengan bahan bakar konvesional saat ini. Kegunaan Hydrogen Fuel Cells
Transportasi
· Digunakan untuk bis di Los angeles, Chicago,
Vancouver dan Jerman
· Prototipe hampir semua perusahaan otomoif di
U.S dan pasar global
Pembangkit Tenaga
· Digunakan di perumahan dan perkantoran
· Digunakan dalam aplikasi kendaraan militer
Kinerja Hydrogen Fuel Cell serupa
seperti aki (accu), hanya saja reaksi kimia penghasil tenaga listrik ini
menggunakan hidrogen dan oksigen yg bereaksi dan mengalir seperti aliran bahan
bakar melalui sebuah motor bakar. Namun tidak ada pembakaran dalam proses
pembangkit listrik ini.Dengan demikian limbah dari proses ini hanyalah air
murni yang aman untuk dibuang.
Secara sederhana proses dapat dilihat pada
Gambar di atas
Hidrogen (yang ditampung dalam sebuah tabung
khusus) dialirkan melewati anoda, dan oksigen/udara dialirkan pada katoda
• Pada anoda dengan bantuan katalis platina Pt
hidrogen dipecah menjadi bermuatan positif (ion/proton), dan negatif (elektron)
• Membran di tengah-tengah anoda-katoda kemudian
hanya berfungsi mengalirkan proton menyebrang ke katoda
• Proton yang tiba di katoda bereaksi dengan
udara dan menghasilkan air
• Tumpukan elektron di anoda akan menjadi energi
listrik searah yang dapat menyalakan lampu.
III. Metode Praktikum
Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu,
ban renang, selang plastik, penutup erlenmeyer, beaker glass, labu ukur,
spatula, timbangan analitik, karet.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu,
KOH padat sebanyak 16,80 gram, aquadest, aluminium foil 1,8 gram.
Prosedur
Kerja
Membuat Gas Hidrogen
Ditimbang KOH padat sebanyak 16,80 gram pada
beaker glass kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml dan
masukkan dalam erlenmeyer. Lalu aluminium 1,8 gram dimasukkan dalam erlenmeyer
tadi.
Menghubungkan Erlenmeyer dengan Tempat
Penampung Gas Hidrogen
Disiapkan ban renang kemudia pada lubang
peniup ban dihubungkan dengan selang dan kemudian selang tersebut dimasukkan
dalam penutup erlenmeyer yang sudah dilubangi. Pada sambungan antara selang dan
tutup erlenmeyer dan selang dengan ban renang ditutup dengan aluminium foil
agar tidak banyak gas hidrogen.
IV. Hasil Percobaan
V. Pembahasan
Pada awalnya alat ini diharapkan mampu
untuk menampung banyak gas hidrogen. Namun karena keterbatasan bahan, sehingga
alat ini hanya dapat menampung sedikit sekali gas hidrogen. Bukan hanya
keterbatasan bahan, pada saat aluminium foil dan KOH bereaksi banyak sekali gas
hidrogen yang terbuang karena antara selang dan erlenmeyer tidak benar-benar
tersambung dengan rapat. Aluminium foil yang kami rekatkan pada keduanya pun
tidak mampu untuk menahan gas hidogen terbuang dengan bebas. Ban renang yang
kami gunakanpun terlalu besar sehingga tidak terlihat alat ini benar-benar
sudah dapat menampung gas hidrogen atau belum.
Alat penampung ini juga tidak dapat
dihubungkan dengan mesin fuel cell dikarenakan mesin fuel cell dalam
laboratorium tidak dapat berfungsi dengan baik. Jadi kami tidak dapat
membuktikan bahwa gas hidogen dapat menjadi cadangan energi yang dapat berpotensi
baik di masa depan.
Pada awalnya alat ini diharapkan mampu
untuk menampung banyak gas hidrogen. Namun karena keterbatasan bahan, sehingga
alat ini hanya dapat menampung sedikit sekali gas hidrogen. Bukan hanya
keterbatasan bahan, pada saat aluminium foil dan KOH bereaksi banyak sekali gas
hidrogen yang terbuang karena antara selang dan erlenmeyer tidak benar-benar
tersambung dengan rapat. Aluminium foil yang kami rekatkan pada keduanya pun
tidak mampu untuk menahan gas hidogen terbuang dengan bebas. Ban renang yang
kami gunakanpun terlalu besar sehingga tidak terlihat alat ini benar-benar
sudah dapat menampung gas hidrogen atau belum.
Alat penampung ini juga tidak dapat
dihubungkan dengan mesin fuel cell dikarenakan mesin fuel cell dalam
laboratorium tidak dapat berfungsi dengan baik. Jadi kami tidak dapat
membuktikan bahwa gas hidogen dapat menjadi cadangan energi yang dapat berpotensi
baik di masa depan.
VI. KESIMPULAN
Alat yang kami buat untuk menampung gas
hidrogen belum berhasil kami buat dikarenakan alat dan bahan yang kurang
memadai.
VII. DAFTAR PUSTAKA
·
Muliawati, Neni.
2008. Hidrogen Sebagai Bahan Bakar Masa Depan. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar